Minggu, 03 Mei 2015

Tertutup Rapat Belum Menjamin Kualitas Isinya...



Yang tertutup rapat dan tersegel saja belum menjamin isinya bagus dan berkualitas, bagaimana yang terbuka dan tanpa penutup...? Paling tidak inilah pengalaman riil yang saya alami kemarin (Jum’at 09/01/15). Seperti biasa setiap Jum’at pagi ditempat kerjaku diadakan senam pagi sekitar 15 menit dan dilanjutkan patroli 5R sekitar 5 menit...
Sebagai hadiah hiburan selanjutnya kami dapat susu kotak 125 mL yang dibagikan oleh koordinator 5R. Tanpa curiga jatah saya langsung saya buka dan minum dan biasanya memang seperti itu....
Tetapi kemarin ada yang berbeda dengan susu yang saya minum, rasanya kecut atau keasaman yang mengindikasikan susu sudah basi. Singkat kata saya sempat muntah dan dihari berikutnya sakit perut. Padahal susu tersebut masih tersegel dan belum expired!
Dari kasus ini saya tidak mempersalahkan minuman yang saya minum ataupun menjadi anti terhadap produk tersebut. Karena teman-teman saya tidak mengalami hal serupa dengan saya. Saya menyadari ini bagian dari defect produksi yang lolos QC karena proses QC untuk mass production sifatnya sampling size. Ditambah lagi pengalaman saya ketika belajar mikrobiologi, untuk proses sterilisasi dan isolasi mikrob amat sangat susah. Dari proses isolasi tersebut meskipun sample sudah kita tratment ditempat yang sangat steril dan terisolasi meskipun secara visual kelihatanya sudah ok, ketika kita amati dibawah mikroskop tetap saja ada kontaminan yang terbawa. Kendati demikan bukan berarti tidak mungkin untuk mendapatkan biakan murni atau mendekati murni minimal lebih murni... Dengan proses sterilisasi dan isolasi berulang dan berkelanjutan akhirnya kami bisa dapatkan biakan murni dari sebuah golongan mikroba, ketika itu biakan yang kami dapatkan adalah Saccharomyces cerevisiae yang merupakan mikroba kelompok khamir. 
Dari studi kasus ini ada sedikit pembelajaran yang dapat saya petik, proses isolasi saya identikan dengan menutup aurat karena proses ini dilakukan diruangan khusus dan tertutup sehingga hanya orong-orang tertentu yang telah dizinkan dapat memasuki dan melihat atau kontak langsung dengan objek tersebut. Proses ini dilakukan untuk mencegah masuknya kontaminan atau pengaruh dan niatan tidak baik dari orang yang tidak bertanggung jawab atau lingkungan sekitar. Sedemikan juga aurat harus senantiasa ditutup agar tidak terlihat, terpengaruh dan menimbulkan niat tidak baik dari orang yang bukan mahrom-nya.
Aurat yang tertutup atau berhijab khususnya wanita belumlah jaminan atau parameter akhlak seseorang sudah baik jika tidak dilanjutkan dengan treatment berikutnya. Sterilisasi merupakan proses treatment lanjutan terhadap suatu objek untuk membunuh atau menghilakan bibit-bibit kontaminan yang merupakaan bawaan atau sudah terbawa dari sample/objek tersebut. Artinya setelah aurat atau fisik terlindungi, jiwa/rohani harus terus disucikan atau dibersihkan dengan memberikan pelajaran atau nilai-nali syar’i untuk membersihkan penyakit-penyakit hati yang merupakan bawaan dari manusia itu sendiri. Proses sterilisasi dan isolasi berkelanjutan menunjukkan diperlukan-nya keistiqomahan dan konsistensi didalam menjalankan aturan dan sistem dari aqidah kita. Al-hasil meskipun didalam aktualisasinya masih akan kita dapatkan kekurang bukan berarti kita membenarkan statement bahwa jilbab atau hijab bukan jaminan... Minimal mereka yang telah berhijab sudah berusaha melakukan isolasi diri/fisik tinggal dilanjutkan dengan  proses sterilisasi jiwa. Karena proses isolasi dan sterilisasi merupakan satu kesatuan proses yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

0 komentar